BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Cari Blog Ini

Senin, 14 November 2011

tak akan

takkan pernah mau tuk kembali
engkau begitu kejam terhadapku
aku tak mau lagi denganmu
tak mau lagi..

takkan pernah lagi ku ulangi
kembali kejalan yang salah
untuk tetap bersamamu..

Rabu, 26 Oktober 2011

karakter pribadi

remaja adalah penerus bangsa yang harus mempunyai karakter yang luar biasa, karakter yang remaja miliki memang tak neko-neko, tapi mungkin bagi para remaja yang belum terbiasa menganggap ini sulit tuk dijalani, ada beberapa karakter yang harus kita tercerminkan,
1. peduli
2. pemaaf
3. hormat
4. sopan
5. bertanggung jawab
6. adil
7. percaya diti
8. berani

nah sebagai remaja kita harus bisa mencerminkan karakter diatas.

cerbung

ELEGI CINTA AMAI

Aku duduk bersandar, aku hanya terdiam dalam renunganku, menyajikan seego angan yang tersimpan beban dalam kebisingan otakku. Ternyata tanpa aku sadari aku mencintainya, di tiap rembulan aku menganjurkan hal ini dan saat ini aku merasa yakin, rasa ini memang untuknya. “ZIRA” itulah nama seorang pria yang telah mengisi ruang hatiku. Entah mengapa, rasa ini bisa terjadi. Tapi, aku takut dia tidak memendam rasa yang sama terhadapku.
Tersentak dari lamunanku terdengar derap langkah yang menghampiriku, ternyata dia amara.
sedang apa kamu disini?” tanyanya dengan tersenyum kecil.                                                                                    
aku terdiam seakan tak mendengar suara amara, ia tersenyum dengan manis, ia mengerti suasana perasaanku saat itu. Dengan rasa bersalah amara meninggalkanku. Dari sekian detik aku terdiam, tak lama terdengar suara memecahkan lamunanku lagi.
“amai” suara lembut memanggil namaku, sudah tak asing lagi aku mendengarnya.
dalam hatiku berkata “aku yakin pasti suara zira”, aku menoleh dengan wajah yang kusam. Terlihat wajah zira dipandanganku, dia tersenyum dan langsung duduk disebelahku.
 “ih kamu buat aku kaget saja” dahiku mengerut sedikit marah,
“jangan marah dong” kata zira sedikit merayu. “tapi lebih baik begitu, kamu makin cantik” sambungnya,
seketika wajahku memerah dan sedikit merona malu. Terdengar dering handphone di saku celana zira dan tiba-tiba ia bergegas pergi meninggalkanku tanpa sekata pun ia ucapkan dari bibirnya. Awalnya aku tak mengira ia langsung pergi begitu saja, aku hanya bisa melihat belakang tubuh zira sesaat menghilang cepat.
Suara ramai memenuhi ruangan kedokteran seorang VINO, pria yang selalu membuatku bising. setiap kali, aku ditertawakan rekan-rekan  Karena ulahnya yang selalu usil tiap kalinya. seolah-olah seluruh kemarahanku meluap dan ingin bergegas pergi dari tempatku berdiam tadi. Vino mencegahku untuk pergi meninggalkan kelas. tiba-tiba mendorongku terjatuh ke kursi dengan sengaja, hingga aku hampir terjatuh.
“kamu jangan pergi, aku hanya bercanda” dengan nada begitu lembut.
“bercanda? Sepertinya itu bukan sebatas bercanda lagi, keterlaluan” seketika air mataku larut saat itu.
 vino merasa berontak, segala kesalahan seolah-olah memburu vino untuk menyesal, mimiknya pucat kebingungan
“ maafkan aku, jangan menangis” kata vino. 
“sudahlah” jawabku acuh.
Vino sedikit amarah dan berontak. Ia malah egois dan keras kepala, dengan nada marah mata pun menendang tajam.
“ tuh kan, kamu seperti itu, aku benar kesal” kataku dengan sedikit ragu.
Ia lagi-lagi tak mendengarkanku, vino makin marah ia menggebrakkan meja, seketika kelas menjadi hening, tanpa ada suara sedikit pun dan kelas diakhiri penuh keheranan.
***
Aku terbangun dari tidurku yang lelap, cakrawala menyambutku untuk hariku. Terakhir UAS aku menambah semangat walau ada sesuatu yang mengganjal dalam hatiku. Dering handphoneku berbunyi, mama yang tertera dilayar handphoneku.
Suara mamah terdengar “sayang, mama dan papa minta maaf, mama dan papa belum bisa pulang ke indonesia, karena mama dan papa masih ada pekerjaan yang belum terselesaikan, maafkan mama dan papa ya sayang? jadi, bagaimana dengan kuliah kamu?” aku sedikit tercengang,
“iya, tidak apa-apa ma, lagian disini ada bi surti kok. Iya, alhamdulillah mah nilai amai naik, minta doanya saja sekarang UAS terakhir” jawabku dengan sedikit kecewa.
Mamah pun langsung mengakhiri pembicaraan. Saat itu aku berontak dan kecewa. Mama tak ada dikala aku merasa resah. Bukan hanya sekarang saja mama seperti ini, tapi itulah kebiasaan mama yang tak pernah meluangkan waktu untukku, untung saja ada bi surti yang selalu ada untukku, bi surti sudah ku anggap ibuku sendiri. Aku bersiap-siap untuk menuju kampus.
Rumput-rumput bergoyang, aku mendengar orang-orang membicarakan zira, selintas pendengaranku bahwa zira akan mengungkapkan perasaannya ketika pentas seni nanti. Aku masih bertanya-tanya siapa cewek yang beruntung menarik hati zira? Tersimpan pertanyaan besar dalam benakku.
“amai” sapa zira dengan tersenyum, zira langsung melanjutkan perkataannya, “maafin aku masalah kemarin, aku terburu-buru”. Aku pun menganggukan kepala dengan sebuah jawaban. 
“kamu mau datang tidak ke acara pentas seni?” sambungnya.
dengan mimik acuh aku menjawab “tidak tahu”. zira keheranan ketika ia mendengar jawabanku tadi.
“mengapa begitu jawabannya?” kata zira dan aku hanya terdiam. Zira melanjutkan perkataannya, “aku harap kamu dateng, aku mau kamu ada di acara pentas seni nanti”. dengan sedikit berbisik dan penuh harapan.
Entah mengapa hati ini merasa terbangun setelah mendengar perkataan zira tadi. Tak lama kemudian amara menghampiriku bersama laif, kita membicarakan tentang pentas seni. Tak terasa waktu senja telah tiba, kita pun membubarkan pembicaraan.
***
“aku putus sama laif” kata amara.
aku tersentak kaget. “kok bisa?” dengan tak percaya.
“dia seperti itu terus sama aku dan sebenarnya rasa ini mulai pudar”. Tak terasa ia meneteskan air matanya.
            Aku heran mengapa laif dan amara putus, padahal mereka adalah pasangan serasi, aku sedikit kecewa kepada amara.
“padahal ia baik kan sama kamu?” kataku.
“iya sih, tapi ya sudahlah” jawabnya dengan tak ada beban dalam benaknya.
Pukul 19.00 WIB acara pentas seni telah dimulai, inilah acara yang sangat ditunggu-tunggu, bahwa seorang zira akan mengungkapkan perasaannya, yang selama ini ia pendam. Tapi sudah lama aku diacara ini, aku tidak melihat batang hidung seorang zira. Hati ini sangat yakin yang orang-orang maksud adalah aku, wanita yang beruntung mendapatkan seorang zira.
            Aku menuju halaman belakang, ingin rasanya aku menyendiri disana. Langkah kakiku membawaku ke taman. Setibaku ditaman aku melihat sepasang kekasih, remang-remang ku mengenali sepasang kekasih itu, dengan rasa penasaran langkah demi langkahku lewati, aku berada tepat didepan mereka.
“amara, ku tak menyangka kepadamu, tega kamu” Air mataku seketika menetes.
                        Hati ini berontak hancur, zira hanya terdiam karena ia tak mengerti bahwa hatiku tersakiti.
“ini tak seperti yang kamu kira” kata amara
“apa? Tak seperti yang ku kira? Kamu benar-benar tega!” air mata tak terasa terus menetes hangat, Aku bergegas pergi.
Amara menahanku “dengarkan penjelasanku!”
“penjelasan apa lagi?, semua ini sudah terbukti” berusaha melepaskan dari genggaman amara.
“ini tak seperti kamu kira amai”
“lepaskan tanganku, sudahlah aku tak mau mendengarkan penjelasanmu lagi. Aku sudah muak melihat kalian berdua disini” semakin lama ku berada disana semakin perih hatiku ini.
Amara tetap tak melepaskan genggamannya “besok aku akan pergi”.
“terus? Peduli? Ah, sana deh kamu pergi, aku muak dengan mu, lepaskan tanganku!” air mata amara terus menetes hangat. Aku pegri meninggalkan mereka. Amara meminta maaf kepadaku tapi aku seakan tak mendengar ucapan amara. Aku pergi meninggalkan mereka, dengan hati yang sangat hancur. Aku berjalan dibawah rincikkan hujan, gairah semangat seolah-olah hilang. Sungguh hati ini, jiwa ini, belum bisa terima bahwa amara harus bersama zira.